Rendahnya Pemanfaatan Mikroalga oleh Industri Kosmetik di Indonesia
Rendahnya Pemanfaatan Mikroalga oleh Industri Kosmetik di Indonesia
Low Utilization of Microalgae by the Cosmetic Industry in Indonesia
Ruknaini Syahadati, Illyyin Nasira, Muhammad Raihan Huzhaifi Muslim
Program Studi Rekayasa Kosmetik, Institut Teknologi Sumatera
Jl. Terusan Ryacudu, Way Hui, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, 35365
Email: ruknaini.123500044@student.itera.ac.id
ABSTRAK
Indonesia adalah salah satu negara maritim yang ada di Asia Tenggara yang memiliki kekayaan laut yang melimpah salah satunya yaitu mikroalga. Terdapat 782 spesies mikroalga yang terdiri dari 196 alga hijau, 134 alga coklat, dan 452 alga merah. Komponen bioaktif dan senyawa berguna sebagai bahan baku kosmetik karena antioksidan dari mikroalga sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit sehingga menjadi salah satu bahan aktif dalam dalam produk kosmetik. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik memiliki daya tarik yang luar biasa dari daerah-daerah produsen kosmetik seperti yang dijelaskan sebelumnya tetapi kekayaan alam yang ada di laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya data kosmetik dengan kata kunci “mikroalga” di website Sociolla dan Beauty Haul yang merupakan website penyedia database brand kosmetik. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa penggunaan spesies mikroalga yang melimpah di Indonesia khususnya dalam industri kosmetik belum optimal. Identifikasi masalah terkait belum optimalnya penggunaan mikroalga oleh industri kosmetik dilakukan dengan mencari informasi terkait aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas, dan perilaku konsumen. Dari hambatan-hambatan tersebut menyebabkan negara maritim di Indonesia sulit untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik secara maksimal. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri ini juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Kata kunci: mikroalga, kosmetik, pemanfaatan mikroalga. ABSTRACT
Indonesia is one of the maritime countries in Southeast Asia that has abundant marine resources, one of which is microalgae. There are 782 species of microalgae consisting of 196 green algae, 134 brown algae, and 452 red algae. Bioactive components and compounds are useful as cosmetic raw materials because antioxidants from microalgae are very useful for maintaining skin health so that they become one of the active ingredients in cosmetic products. The use of microalgae as a cosmetic raw material has tremendous attraction from the areas of cosmetic manufacturers as previously described but the natural wealth that exists in Indonesian seas has not been optimally utilized. This is evidenced by the absence of cosmetic data with the keyword "microalgae" on the Sociolla and Beauty Haul websites, which are websites that provide a database of cosmetic brands. This is an indication that the use of abundant microalgae species in Indonesia, especially in the cosmetics industry, has not been optimized. Identification of problems related to the suboptimal use of microalgae by the cosmetics industry was carried out by seeking information related to aspects of material standardization, regulation, production capital, effectiveness, and consumer behaviour. These obstacles make it difficult for maritime countries in Indonesia to utilize microalgae as raw materials for cosmetics optimally. By utilizing microalgae optimally, maritime countries in Indonesia can reduce imports of expensive cosmetics and create new jobs in the microalgae processing industry. Apart from that, the development of this industry will also have a positive impact on the environment due to the use of natural, environmentally friendly raw materials. Keywords: microalgae, cosmetics, microalgae utilization. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara maritim yang ada di Asia Tenggara. Dengan demikian Indonesia memungkinkan untuk membangkitkan sektor ekonominya melalui sektor kemaritiman. Salah satu kekayaan alam dari Indonesia sebagai negara maritim adalah mikroalga yang melimpah. Di Indonesia terdapat 782 spesies mikroalga yang teridentifikasi. Berdasarkan pigmennya, jenis alga terdiri atas 196 alga hijau, 134 alga coklat, dan 452 alga merah. Mikroalga berguna untuk bahan baku kosmetik. Mikroalga dapat tumbuh cepat tanpa menggunakan pestisida membuat penggunaan mikroalga dalam kosmetik menjadi pilihan yang berkelanjutan. Komponen bioaktif dan senyawa antioksidan dari mikroalga sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit sehingga menjadi salah satu bahan aktif dalam dalam produk kosmetik misalnya Sargassum fusiforme, Eucheunna conttoni, Gracilaria verucosa, Hypnea musciformis, Gelidiella amansii. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik memiliki daya tarik yang luar biasa dari daerah-daerah produsen kosmetik seperti yang dijelaskan sebelumnya tetapi kekayaan alam yang ada di laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya data kosmetik dengan kata kunci “mikroalga” di website Sociolla dan Beauty Haul yang merupakan website penyedia database brand kosmetik. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa penggunaan spesies mikroalga yang melimpah di Indonesia khususnya dalam industri kosmetik belum optimal. Identifikasi masalah terkait belum optimalnya penggunaan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia perlu dilakukan agar mikroalga dapat meningkatkan ekonomi negara Indonesia dalam bentuk produk kosmetik. Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah ini yaitu dengan mencari informasi terkait aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas, dan perilaku konsumen. Sumber yang digunakan untuk mencari informasi tersebut berasal dari peraturan pemerintah, jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Hanya sumber-sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik yang digunakan. Data-data tersebut kemudian dihimpun dan dianalisis untuk mendapatkan informasi yang relevan. Tujuan dari review mengenai rendahnya pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia adalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam penggunaan mikroalga dalam produk-produk kosmetik serta mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan pemanfaatan mikroalga di industri ini. Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam produksi kosmetik karena kandungan nutrisi dan senyawa bioaktifnya. Meskipun Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah, pemanfaatan mikroalga masih rendah di industri kosmetik. Beberapa masalah yang mungkin menjadi penyebab rendahnya pemanfaatan ini antara lain kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat mikroalga, kurangnya infrastruktur dan teknologi untuk mengolah mikroalga secara efisien, serta kendala regulasi dan kebijakan yang membatasi penggunaan bahan alami dalam produk kosmetik. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri kosmetik juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Sementara itu, pemerintah dapat memberikan dukungan finansial dan infrastruktur yang memadai untuk para peneliti dan ilmuwan agar mereka dapat melakukan riset lebih lanjut tentang manfaat mikroalga dalam industri kosmetik. Selain itu, perusahaan-perusahaan kosmetik juga perlu berinvestasi dalam penelitian ini agar mereka dapat mengembangkan produk-produk inovatif berbasis mikroalga. Kemudian elakukan kampanye edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mikroalga dalam produk kecantikan. Dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia dapat meningkat. TEORI DAN METODE
Kosmetik kini telah menjadi bagian penting dari kebutuhan sehari-hari masyarakat, baik pria maupun wanita. Kosmetik merupakan suatu produk kebutuhan yang diaplikasikan pada permukaan luar tubuh manusia yang bertujuan untuk perawatan, perbaikan, atau perlindungan tubuh (Septianingrum et al., 2023). Dalam budaya kita, penampilan fisik memiliki peranan yang sangat signifikan. Oleh karena itu, kosmetik menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mengekspresikan identitas diri. Banyak dari produk kosmetik mengandung bahan alami yang salah satunya terdapat kandungan mikroalga. Mikroalga adalah organisme berukuran seluler yang mampu melakukan fotosintesis (Murdiono & Winata, 2022). Umumnya, organisme ini hidup di wilayah perairan, seperti danau, laut, dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, meliputi suhu, pH, salinitas, kondisi lingkungan, dan intensitas cahaya. Dalam konteks kosmetik, mikroalga termasuk salah satu mikroorganisme yang paling menarik dan deposit alami untuk senyawa bioaktif karena komposisi dan sifatnya yang khas. Salah satu kandungan dalam mikroalga yang dapat digunakan sebagai sediaan kosmetik ialah karotenoid. Senyawa antioksidan yang terdapat pada mikroalga sebagai pigmen adalah klorofil, karotenoid, dan fikobiliprotein.
Klorofil merupakan salah satu jenis pigmen yang terdapat pada hampir semua jenis mikroalga. Karotenoid adalah sekelompok besar pigmen yang larut dalam lemak (lipofilik) yang juga ditemukan pada mikroalga. Sebagian besar pigmen dalam kelompok ini memiliki sifat terapeutik (efek penyembuhan), seperti efek antiinflamasi dan antikanker. Potensinya terkait dengan kemampuannya dalam mengurangi radikal bebas, karena karotenoid ini merupakan antioksidan kuat yang dapat melindungi organisme dari stres oksidatif. Kelompok karotenoid ini mencakup lebih dari 400 spesies, termasuk beta-karoten dan astaxanthin yang banyak tersedia secara komersial, serta lutein dan zeaxanthin yang kurang diproduksi. Phycocyanin adalah pigmen biru yang ditemukan terutama di cyanobacteria, alga merah, dan crypto algae (Azimatun Nur, ST., MT et al., 2021).
Tidak hanya itu, mikroalga juga mengandung metabolit sekunder yang telah diketahui manfaatnya untuk kulit. Sebagai contoh, ekstrak Arthrospira mampu mengurangi tanda-tanda penuaan pada kulit, mengencangkan kulit, dan mencegah pembentukan kerutan (selulit) (Salim, 2022). Mikroalga juga dapat meningkatkan kualitas kulit dengan meregenerasi sel; merangsang pertumbuhan sel kulit baru; memperkuat kulit dan melindunginya dari paparan sinar UV, radiasi, dan racun; menghambat radikal bebas karena mengandung antioksidan; melembabkan sel-sel kulit; mencegah penuaan dini; mencegah kerutan; mendetoksifikasi dan memberikan oksigen ke sel kulit beserta kandungan mineralnya; serta dapat membantu membuka pori-pori kulit dan meningkatkan kemampuan pembersihan kulit.
Metodologi yang digunakan yaitu dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berasal dari jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Sumber-sumber yang didapat tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik. Beberapa aspek yang berkaitan dengan peluang dan tantangan kosmetik dari mikroalga dikelompokkan menjadi aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas dari mikroalga, dan perilaku konsumen. Pada aspek standardisasi bahan data-data pendukung dicari pada website sciencedirect.com yang merupakan website penyedia jurnal dan buku terpercaya dengan kata kunci “standardisasi kosmetik mikroalga”. Aspek regulasi dilakukan pencarian pada website dengan kata kunci “regulasi kosmetik berbahan alami” pada negara Indonesia. Aspek modal produksi dilakukan dengan mencari bahan baku dari beberapa marketplace. Aspek efektivitas dilakukan pencarian pada website Sociolla dan Beauty Haul dengan kata kunci “Efektifitas Mikroalga Pada Kosmetik” dan dibandingkan dengan zat sintesis dengan fungsi yang sama. Aspek perilaku konsumen dapat dilihat dari data penjualan kosmetik di marketplace.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kosmetik telah menjadi bagian sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia di semua kalangan. Baik itu pria maupun wanita, kosmetik memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan penampilan dan rasa percaya diri. Di tengah tuntutan sosial yang semakin tinggi, penampilan yang menarik menjadi faktor kunci untuk mencapai kesuksesan dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Gambar 1 Data Pengguna Kosmetik (Sumber : nusaresearch.net)
Berdasarkan gambar diatas mengenai demografi pengguna kosmetik, total sampel sebanyak 2830 konsumen. Seluruh konsumen berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat berdasarkan usia konsumen, kebanyakan berada di kelompok usia 18-25 tahun (46.8%), selanjutnya 27.0% konsumen berada di kelompok usia 25-35 tahun, 18.9% konsumen berada di kelompok usia diatas 36-45 tahun, dan sisanya 7.3% konsumen berusia di atas 45 tahun. Selain itu bila dilihat dari pekerjaannya, paling banyak konsumen seorang Pelajar/ Mahasiswa (29.4%), disusul dengan staf/karyawan (24.7%), 12.2% Ibu rumah tangga, dan sisanya memiliki pekerjaan yang bervariasi seperti Wirausaha, Tidak bekerja/ masih mencari pekerjaan, paruh waktu, professional, PNS, dan lain-lain.
Masyarakat Indonesia sangat peduli dengan penampilannya, terutama dalam acara-acara formal seperti pernikahan atau pertemuan bisnis. Kosmetik membantu mereka untuk tampil lebih menarik dan mempesona di hadapan orang lain. Selain itu, kosmetik juga berperan dalam merawat kulit dan menjaga kesehatannya. Dalam iklim tropis seperti di Indonesia, paparan sinar matahari yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Oleh karena itu, penggunaan produk kosmetik seperti tabir surya sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV. Tidak hanya bagi mereka yang bekerja di dunia hiburan atau fashion, tetapi juga bagi masyarakat umum, kosmetik merupakan alat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri. Penampilan yang baik dapat memberikan dampak positif pada interaksi sosial dan karir seseorang. Dalam dunia kerja yang kompetitif saat ini, memiliki penampilan yang menarik dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi individu.
Gambar 2 Data Alasan Penggunaan Kosmetik (Sumber : nusaresearch.net) Dari total 2830 pengguna kosmetik yang mengikuti survei ini, 57.3% dari konsumen menyatakan bahwa menggunakan makeup, dan 42.7% lainnya kadang-kadang menggunakan makeup. Kemudian ketika ditanya alasan mengapa menggunakan makeup, 75.1% dari konsumen menyatakan bahwa menggunakan makeup untuk mempercantik diri, selanjutnya 66.7% dari konsumen juga menyatakan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Terdapat 34.7% dari konsumen menyatakan bahwa memakai makeup hanya karena terkait dengan pekerjaan. Selain itu 22.5% lainnya juga menyatakan bahwa menggunakan makeup karena untuk menutupi kulit yang kurang bagus. Kemudian 22.5% dari konsumen tidak memiliki alasan khusus mengapa menggunakan makeup. Sejak zaman kuno, manusia telah menggunakan berbagai macam bahan alami untuk merawat dan mempercantik kulit mereka. Salah satu bahan alami yang telah lama digunakan adalah mikroalga. Mikroalga adalah organisme mikroskopis yang hidup di air dan memiliki banyak manfaat bagi kecantikan kulit. Di Indonesia, sejarah kosmetik mikroalga dimulai sejak zaman Majapahit. Pada masa itu, para wanita kerajaan menggunakan ekstrak mikroalga sebagai masker wajah untuk menjaga kelembapan dan kecerahan kulit mereka. Penggunaan kosmetik mikroalga ini kemudian menyebar ke masyarakat umum, terutama di daerah pesisir yang kaya akan sumber daya alam laut. Pada abad ke-20, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengungkap potensi kosmetik mikroalga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikroalga mengandung banyak nutrisi penting seperti vitamin, mineral, asam amino, dan antioksidan. Nutrisi-nutrisi ini dapat membantu memperbaiki tekstur kulit, mengurangi kerutan halus, dan melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar matahari.
Dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar menggunaan kosmetik maka Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor ekonominya melalui industri kosmetik. Negara ini kaya akan sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku produk kosmetik, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang memiliki beragam manfaat dalam industri kosmetik, seperti kemampuannya dalam menghasilkan pigmen alami dan antioksidan. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan domestik mereka. Akan tetapi, sampai saat ini, mikroalga di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan beberapa hambatan meliputi perilaku kosumen, standardisasi dan regulasi material, modal produksi dan efektivitas. Mayoritas masyarakat Indonesia lebih menyukai kosmetik dengan harga yang sangat terjangkau tanpa memikirkan manfaat yang dibutuhkan untuk perawatan kulitnya. Hal ini ditunjukkan dari data penjualan kosmetik di Indonesia dari Kompas Dashboard yang merupakan platform analisis pasar e-commerce di Indonesia. Akibatnya, kosmetik dengan kandungan mikroalga kurang diminati karena harganya yang relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai manfaat dan keunggulan produk kosmetik berbahan dasar mikroalga. Berikut ini data penjualan kosmetik lokal terlaris yang ada di Indonesia.
Gambar 3 Data Penjualan Produk Kosmetik (Sumber : Kompas Dasbord)
Negara Indonesia mampu melakukan standardisasi mikroalga karena produsen harus mengikuti banyak prosedur. Standardisasi mikroalga dilakukan berdasarkan prinsip berikut. Kegiatan eksploitasi dan budidaya dilakukan dalam rangka mempertahankan struktur, produktivitas dan keanekaragaman fungsi ekosistem (termasuk habitat dan habitat di dalamnya serta ekosistem spesies) berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Operasi pemanenan dan pertanian mematuhi sistem manajemen yang efektif, mematuhi peraturan lokal, nasional dan internasional, memenuhi standar kelembagaan dan kerangka operasional dalam penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial. Kegiatan pertambangan dan peternakan dilakukan dengan cara yang meminimalkan dampak terhadap lingkungan, menghormati hak dan budaya, serta memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Selain prinsip tersebut, industri menghadapi kesulitan dalam standarisasi mikroalga sebagai berikut. Tingginya variabilitas genetik mikroalga menjadi kendala dalam standardisasi. Setiap strain mikroalga mempunyai karakteristik tersendiri sehingga sulit menentukan parameter standar yang dapat diterapkan secara umum. Lingkungan pertumbuhan yang berbeda juga mempengaruhi kualitas dan komposisi kimia mikroalga. Faktor suhu, cahaya, pH, dan nutrisi dapat mempengaruhi produksi senyawa aktif pada mikroalga. Oleh karena itu, sulit menghasilkan produk kosmetik dengan kualitas yang stabil. Proses ekstraksi zat aktif dari mikroalga juga rumit dan memerlukan teknologi yang kompleks. Beberapa senyawa bioaktif yang terdapat pada mikroalga memiliki struktur kimia yang kompleks dan mudah terdegradasi selama ekstraksi. Oleh karena itu, diperlukan metode ekstraksi yang efisien untuk mendapatkan senyawa aktif dengan efisiensi yang tinggi.
Selain itu juga, letak geografi pertumbuhan mikroalga di Indonesia cukup mendukung pengembangan industri kosmetik berbasis mikroalga karena Indonesia memiliki iklim tropis berada pada suhu 26℃ - 32℃. Keadaan suhu tersebut memungkinkan untuk mikroalga tumbuh dan berkembang di negara tersebut. Akan tetapi, suhu tiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Hal ini menyebabkan kandungan dan kualitas mikroalga berbeda-beda. Dengan demikian, Indonesia masih kesulitan untuk memanfaatkan mikroalga di daerah masing-masing. Mikroalga di Indonesia diolah oleh pabrik besar bernama PT Evergen Resources (PT. ER) yang berlokasi di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Dengan banyaknya hambatan dan sulitnya dalam melakukan standardisasi mikroalga sebagai bahan baku kosmetik, industri kosmetik di Indonesia malas dan enggan untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik.
Gambar 4 PT Evergen Resources
(Sumber : www.evergen.co.id)
PT Evergen merupakan perusahaan ternama di bidang bioteknologi yang telah mendapat pengakuan atas produksi astaxanthin sintetisnya menggunakan mikroalga. Astaxanthin adalah antioksidan kuat yang menawarkan banyak manfaat kesehatan, termasuk mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan kulit. Namun, meski sukses memproduksi astaxanthin, PT Evergen belum merambah ke produksi produk kosmetik berbahan mikroalga.
Mikroalga telah menunjukkan potensi besar dalam industri kecantikan karena kaya akan komposisi vitamin, mineral, dan antioksidan. Telah terbukti meningkatkan elastisitas kulit, mengurangi kerutan, dan memperbaiki warna kulit secara keseluruhan. Banyak perusahaan kosmetik terkemuka telah mulai memasukkan ekstrak mikroalga ke dalam produk mereka dengan hasil yang luar biasa. Mengejutkan bahwa PT Evergen belum memanfaatkan pasar ini. Adanya keahlian dalam budidaya mikroalga dan produksi astaxanthin dikarenakan memiliki pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan formulasi kosmetik inovatif menggunakan mikroalga sebagai bahan utama.
Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi mikroalga mentah karena memiliki sumber daya alam yang melimpah namun, prosedur yang rumit dan biaya tinggi untuk memproses mikroalga menjadi bahan kosmetik siap pakai membuat produsen lebih memilih untuk menjualnya sebagai bahan mentah ke luar negeri. Untuk proses ekstraksi mikroalga sebagai bahan baku kosmetik mencapai Rp. 628.356.000. Kemudian untuk harga jual mikroalga mentah di Indonesia masih rendah salah satunya Indonesia. Indonesia juga mengekspor mikroalga ke Tiongkok pada tahun 2020 dengan harga ± Rp. 35.000/kg. Impor yang dilakukan Indonesia ke Tiongkok mengalami kenaikan, di tahun 2021 Indonesia mengimpor sebanyak 17.5563,3 ton dan di tahun 2022 Indonesia mengimpor sebanyak 194.395,2 ton.
Dengan adanya banyak peraturan dan standarisasi yang harus dipatuhi dalam pemanfaatan mikroalga sebagai bahan kosmetik yang melibatkan proses penelitian dan pengembangan yang rumit serta biaya produksi yang tinggi menyebabkan negara maritim Indonesia dengan untuk memanfaatkan mikroalga di negaranya sendiri melainkan lebih memilih untuk mengimpor produk kosmetik berbahan mikroalga dari negara lain. Grafik 1. Data Ekspor dan Impor Kosmetik di Indonesia (Sumber : InfoBisnisTersajiTuntas.com) Hingga saat ini, belum ditemukan produk kosmetik Indonesia yang berbahan dasar mikroalga, padahal banyak yang berbahan dasar rumput laut. Padahal, kandungan mikroalga juga tidak kalah bagus dengan rumput laut. Mikroalga mengandung banyak nutrisi penting seperti asam amino, vitamin, mineral, dan antioksidan. Kandungan tersebut mampu menjaga kelembapan kulit, mencegah penuaan dini, serta meremajakan kulit. Selain itu, mikroalga juga memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba yang dapat membantu mengurangi peradangan pada kulit serta melawan bakteri penyebab jerawat. Selain itu, mikroalga memiliki banyak efektivitas di bidang kosmetik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, efektivitas mikroalga masih terbilang kecil dibandingkan dengan ekstrak vitamin B dan vitamin E. Sebagai contoh, ekstrak metanol Sargassum fusiforme berpotensi sebagai sumber antioksidan alamiah. Aktivitas antioksidannya (IC50) yaitu sebesar 69,27 ppm, nilai ini tergolong dalam kategori kuat karena kurang dari 100 ppm. Sangat disayangkan, mikroalga yang memiliki efektivitas tinggi belum dimanfaatkan secara optimal pada industri kosmetik di Indonesia. Sedangkan niacinamide memiliki kandungan antioksidan sebesar 169,11 ppm yang artinya efektivitasnya terbilang sedang. Dan jika dibandingkan dengan vitamin C yang memiliki antioksidan sebesar 6,285 ppm dan vitamin E memiliki antioksidan 2,416 ppm yang artinya efektivitasnya terbilang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak vitamin C dan vitamin E dalam melawan radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan metanol Sargassum fusiforme dan niacinamide. Tetapi industri kosmetik belum bisa memaksimalkan penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik karena masih banyak sekali hambatannya. Dari hambatan-hambatan yang telah dijelaskan di atas menyebabkan negara maritim di Indonesia sulit untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik secara maksimal. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri ini juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Sementara itu, pemerintah dapat memberikan dukungan finansial dan infrastruktur yang memadai untuk para peneliti dan ilmuwan agar mereka dapat melakukan riset lebih lanjut tentang manfaat mikroalga dalam industri kosmetik. Selain itu, perusahaan-perusahaan kosmetik juga perlu berinvestasi dalam penelitian ini agar mereka dapat mengembangkan produk-produk inovatif berbasis mikroalga. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mikroalga dalam produk kecantikan. Kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, atau workshop dapat dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi dan keunggulan menggunakan produk kosmetik berbahan dasar mikroalga. Dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia dapat meningkat. Hal ini akan memberikan manfaat baik bagi industri kosmetik itu sendiri maupun bagi masyarakat pengguna produk-produk kecantikan yang lebih alami dan aman.
SIMPULAN
Mikroalga memiliki manfaat dan kegunaan yang efektif dan bagus pada bidang industri kosmetik, namun pemanfaatanya di Indonesia masih rendah dikarenakan adanya beberapa hambatan seperti sulitnya dalam standardisasi bahan alam, ketatnya regulasi kosmetik berbahan alami, modal produksi, dan efektivitas mikroalga. Terdapat hambatan saat mencari informasi mengenai kosmetik berbahan baku mikroalga dari jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Sumber-sumber yang didapat tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik. Selain itu, terdapat hambatan pada standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas dari mikroalga, dan perilaku konsumen. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan mikroalga di bidang kosmetik dapat meningkat dan dapat memberikan kontribusi positif bagi industri kosmetik di negara indonesia dan juga dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Azimatun Nur, ST., MT, D. M. M., Setyoningrum, T. M., Aziz Suwardi, H. N., Alfitamara, B., Kurniawan, A., Prananda, V. A., Afni, D. N., Alodia, S., & Pamularsih, R. (2021). Potensi Spirulina platensis sebagai sumber kosmetik dan bioplastik (review). Eksergi, 18(2), 82. https://doi.org/10.31315/e.v18i2.5660 Murdiono, A., & Winata, S. (2022). Pengolahan Mikroalga Berorientasi Masa Depan untuk Industri Kosmetik di Ancol. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 2391. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12457 Salim, M. (2022). Mikroalga Dalam Riset Biologi. Kabupaten Bandung: Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Multiliterasi Septianingrum, Y., Safrina, U., Puspita, N., & Surahman, S. (2023). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Period After Opening (PAO) dan Perilaku Penyimpanan Kosmetika Perawatan pada Remaja di Kota Tangerang. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 5(1), 6–13. https://doi.org/10.25026/jsk.v5i1.1478
Indonesia adalah salah satu negara maritim yang ada di Asia Tenggara yang memiliki kekayaan laut yang melimpah salah satunya yaitu mikroalga. Terdapat 782 spesies mikroalga yang terdiri dari 196 alga hijau, 134 alga coklat, dan 452 alga merah. Komponen bioaktif dan senyawa berguna sebagai bahan baku kosmetik karena antioksidan dari mikroalga sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit sehingga menjadi salah satu bahan aktif dalam dalam produk kosmetik. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik memiliki daya tarik yang luar biasa dari daerah-daerah produsen kosmetik seperti yang dijelaskan sebelumnya tetapi kekayaan alam yang ada di laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya data kosmetik dengan kata kunci “mikroalga” di website Sociolla dan Beauty Haul yang merupakan website penyedia database brand kosmetik. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa penggunaan spesies mikroalga yang melimpah di Indonesia khususnya dalam industri kosmetik belum optimal. Identifikasi masalah terkait belum optimalnya penggunaan mikroalga oleh industri kosmetik dilakukan dengan mencari informasi terkait aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas, dan perilaku konsumen. Dari hambatan-hambatan tersebut menyebabkan negara maritim di Indonesia sulit untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik secara maksimal. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri ini juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Kata kunci: mikroalga, kosmetik, pemanfaatan mikroalga. ABSTRACT
Indonesia is one of the maritime countries in Southeast Asia that has abundant marine resources, one of which is microalgae. There are 782 species of microalgae consisting of 196 green algae, 134 brown algae, and 452 red algae. Bioactive components and compounds are useful as cosmetic raw materials because antioxidants from microalgae are very useful for maintaining skin health so that they become one of the active ingredients in cosmetic products. The use of microalgae as a cosmetic raw material has tremendous attraction from the areas of cosmetic manufacturers as previously described but the natural wealth that exists in Indonesian seas has not been optimally utilized. This is evidenced by the absence of cosmetic data with the keyword "microalgae" on the Sociolla and Beauty Haul websites, which are websites that provide a database of cosmetic brands. This is an indication that the use of abundant microalgae species in Indonesia, especially in the cosmetics industry, has not been optimized. Identification of problems related to the suboptimal use of microalgae by the cosmetics industry was carried out by seeking information related to aspects of material standardization, regulation, production capital, effectiveness, and consumer behaviour. These obstacles make it difficult for maritime countries in Indonesia to utilize microalgae as raw materials for cosmetics optimally. By utilizing microalgae optimally, maritime countries in Indonesia can reduce imports of expensive cosmetics and create new jobs in the microalgae processing industry. Apart from that, the development of this industry will also have a positive impact on the environment due to the use of natural, environmentally friendly raw materials. Keywords: microalgae, cosmetics, microalgae utilization. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara maritim yang ada di Asia Tenggara. Dengan demikian Indonesia memungkinkan untuk membangkitkan sektor ekonominya melalui sektor kemaritiman. Salah satu kekayaan alam dari Indonesia sebagai negara maritim adalah mikroalga yang melimpah. Di Indonesia terdapat 782 spesies mikroalga yang teridentifikasi. Berdasarkan pigmennya, jenis alga terdiri atas 196 alga hijau, 134 alga coklat, dan 452 alga merah. Mikroalga berguna untuk bahan baku kosmetik. Mikroalga dapat tumbuh cepat tanpa menggunakan pestisida membuat penggunaan mikroalga dalam kosmetik menjadi pilihan yang berkelanjutan. Komponen bioaktif dan senyawa antioksidan dari mikroalga sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit sehingga menjadi salah satu bahan aktif dalam dalam produk kosmetik misalnya Sargassum fusiforme, Eucheunna conttoni, Gracilaria verucosa, Hypnea musciformis, Gelidiella amansii. Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik memiliki daya tarik yang luar biasa dari daerah-daerah produsen kosmetik seperti yang dijelaskan sebelumnya tetapi kekayaan alam yang ada di laut Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya data kosmetik dengan kata kunci “mikroalga” di website Sociolla dan Beauty Haul yang merupakan website penyedia database brand kosmetik. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa penggunaan spesies mikroalga yang melimpah di Indonesia khususnya dalam industri kosmetik belum optimal. Identifikasi masalah terkait belum optimalnya penggunaan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia perlu dilakukan agar mikroalga dapat meningkatkan ekonomi negara Indonesia dalam bentuk produk kosmetik. Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah ini yaitu dengan mencari informasi terkait aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas, dan perilaku konsumen. Sumber yang digunakan untuk mencari informasi tersebut berasal dari peraturan pemerintah, jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Hanya sumber-sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik yang digunakan. Data-data tersebut kemudian dihimpun dan dianalisis untuk mendapatkan informasi yang relevan. Tujuan dari review mengenai rendahnya pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia adalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam penggunaan mikroalga dalam produk-produk kosmetik serta mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan pemanfaatan mikroalga di industri ini. Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam produksi kosmetik karena kandungan nutrisi dan senyawa bioaktifnya. Meskipun Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah, pemanfaatan mikroalga masih rendah di industri kosmetik. Beberapa masalah yang mungkin menjadi penyebab rendahnya pemanfaatan ini antara lain kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat mikroalga, kurangnya infrastruktur dan teknologi untuk mengolah mikroalga secara efisien, serta kendala regulasi dan kebijakan yang membatasi penggunaan bahan alami dalam produk kosmetik. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri kosmetik juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Sementara itu, pemerintah dapat memberikan dukungan finansial dan infrastruktur yang memadai untuk para peneliti dan ilmuwan agar mereka dapat melakukan riset lebih lanjut tentang manfaat mikroalga dalam industri kosmetik. Selain itu, perusahaan-perusahaan kosmetik juga perlu berinvestasi dalam penelitian ini agar mereka dapat mengembangkan produk-produk inovatif berbasis mikroalga. Kemudian elakukan kampanye edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mikroalga dalam produk kecantikan. Dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia dapat meningkat. TEORI DAN METODE
Kosmetik kini telah menjadi bagian penting dari kebutuhan sehari-hari masyarakat, baik pria maupun wanita. Kosmetik merupakan suatu produk kebutuhan yang diaplikasikan pada permukaan luar tubuh manusia yang bertujuan untuk perawatan, perbaikan, atau perlindungan tubuh (Septianingrum et al., 2023). Dalam budaya kita, penampilan fisik memiliki peranan yang sangat signifikan. Oleh karena itu, kosmetik menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri dan mengekspresikan identitas diri. Banyak dari produk kosmetik mengandung bahan alami yang salah satunya terdapat kandungan mikroalga. Mikroalga adalah organisme berukuran seluler yang mampu melakukan fotosintesis (Murdiono & Winata, 2022). Umumnya, organisme ini hidup di wilayah perairan, seperti danau, laut, dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga, meliputi suhu, pH, salinitas, kondisi lingkungan, dan intensitas cahaya. Dalam konteks kosmetik, mikroalga termasuk salah satu mikroorganisme yang paling menarik dan deposit alami untuk senyawa bioaktif karena komposisi dan sifatnya yang khas. Salah satu kandungan dalam mikroalga yang dapat digunakan sebagai sediaan kosmetik ialah karotenoid. Senyawa antioksidan yang terdapat pada mikroalga sebagai pigmen adalah klorofil, karotenoid, dan fikobiliprotein.
Klorofil merupakan salah satu jenis pigmen yang terdapat pada hampir semua jenis mikroalga. Karotenoid adalah sekelompok besar pigmen yang larut dalam lemak (lipofilik) yang juga ditemukan pada mikroalga. Sebagian besar pigmen dalam kelompok ini memiliki sifat terapeutik (efek penyembuhan), seperti efek antiinflamasi dan antikanker. Potensinya terkait dengan kemampuannya dalam mengurangi radikal bebas, karena karotenoid ini merupakan antioksidan kuat yang dapat melindungi organisme dari stres oksidatif. Kelompok karotenoid ini mencakup lebih dari 400 spesies, termasuk beta-karoten dan astaxanthin yang banyak tersedia secara komersial, serta lutein dan zeaxanthin yang kurang diproduksi. Phycocyanin adalah pigmen biru yang ditemukan terutama di cyanobacteria, alga merah, dan crypto algae (Azimatun Nur, ST., MT et al., 2021).
Tidak hanya itu, mikroalga juga mengandung metabolit sekunder yang telah diketahui manfaatnya untuk kulit. Sebagai contoh, ekstrak Arthrospira mampu mengurangi tanda-tanda penuaan pada kulit, mengencangkan kulit, dan mencegah pembentukan kerutan (selulit) (Salim, 2022). Mikroalga juga dapat meningkatkan kualitas kulit dengan meregenerasi sel; merangsang pertumbuhan sel kulit baru; memperkuat kulit dan melindunginya dari paparan sinar UV, radiasi, dan racun; menghambat radikal bebas karena mengandung antioksidan; melembabkan sel-sel kulit; mencegah penuaan dini; mencegah kerutan; mendetoksifikasi dan memberikan oksigen ke sel kulit beserta kandungan mineralnya; serta dapat membantu membuka pori-pori kulit dan meningkatkan kemampuan pembersihan kulit.
Metodologi yang digunakan yaitu dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang berasal dari jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Sumber-sumber yang didapat tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik. Beberapa aspek yang berkaitan dengan peluang dan tantangan kosmetik dari mikroalga dikelompokkan menjadi aspek standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas dari mikroalga, dan perilaku konsumen. Pada aspek standardisasi bahan data-data pendukung dicari pada website sciencedirect.com yang merupakan website penyedia jurnal dan buku terpercaya dengan kata kunci “standardisasi kosmetik mikroalga”. Aspek regulasi dilakukan pencarian pada website dengan kata kunci “regulasi kosmetik berbahan alami” pada negara Indonesia. Aspek modal produksi dilakukan dengan mencari bahan baku dari beberapa marketplace. Aspek efektivitas dilakukan pencarian pada website Sociolla dan Beauty Haul dengan kata kunci “Efektifitas Mikroalga Pada Kosmetik” dan dibandingkan dengan zat sintesis dengan fungsi yang sama. Aspek perilaku konsumen dapat dilihat dari data penjualan kosmetik di marketplace.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kosmetik telah menjadi bagian sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia di semua kalangan. Baik itu pria maupun wanita, kosmetik memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan penampilan dan rasa percaya diri. Di tengah tuntutan sosial yang semakin tinggi, penampilan yang menarik menjadi faktor kunci untuk mencapai kesuksesan dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Gambar 1 Data Pengguna Kosmetik (Sumber : nusaresearch.net)
Berdasarkan gambar diatas mengenai demografi pengguna kosmetik, total sampel sebanyak 2830 konsumen. Seluruh konsumen berjenis kelamin perempuan. Jika dilihat berdasarkan usia konsumen, kebanyakan berada di kelompok usia 18-25 tahun (46.8%), selanjutnya 27.0% konsumen berada di kelompok usia 25-35 tahun, 18.9% konsumen berada di kelompok usia diatas 36-45 tahun, dan sisanya 7.3% konsumen berusia di atas 45 tahun. Selain itu bila dilihat dari pekerjaannya, paling banyak konsumen seorang Pelajar/ Mahasiswa (29.4%), disusul dengan staf/karyawan (24.7%), 12.2% Ibu rumah tangga, dan sisanya memiliki pekerjaan yang bervariasi seperti Wirausaha, Tidak bekerja/ masih mencari pekerjaan, paruh waktu, professional, PNS, dan lain-lain.
Masyarakat Indonesia sangat peduli dengan penampilannya, terutama dalam acara-acara formal seperti pernikahan atau pertemuan bisnis. Kosmetik membantu mereka untuk tampil lebih menarik dan mempesona di hadapan orang lain. Selain itu, kosmetik juga berperan dalam merawat kulit dan menjaga kesehatannya. Dalam iklim tropis seperti di Indonesia, paparan sinar matahari yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Oleh karena itu, penggunaan produk kosmetik seperti tabir surya sangat diperlukan untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV. Tidak hanya bagi mereka yang bekerja di dunia hiburan atau fashion, tetapi juga bagi masyarakat umum, kosmetik merupakan alat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri. Penampilan yang baik dapat memberikan dampak positif pada interaksi sosial dan karir seseorang. Dalam dunia kerja yang kompetitif saat ini, memiliki penampilan yang menarik dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi individu.
Gambar 2 Data Alasan Penggunaan Kosmetik (Sumber : nusaresearch.net) Dari total 2830 pengguna kosmetik yang mengikuti survei ini, 57.3% dari konsumen menyatakan bahwa menggunakan makeup, dan 42.7% lainnya kadang-kadang menggunakan makeup. Kemudian ketika ditanya alasan mengapa menggunakan makeup, 75.1% dari konsumen menyatakan bahwa menggunakan makeup untuk mempercantik diri, selanjutnya 66.7% dari konsumen juga menyatakan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Terdapat 34.7% dari konsumen menyatakan bahwa memakai makeup hanya karena terkait dengan pekerjaan. Selain itu 22.5% lainnya juga menyatakan bahwa menggunakan makeup karena untuk menutupi kulit yang kurang bagus. Kemudian 22.5% dari konsumen tidak memiliki alasan khusus mengapa menggunakan makeup. Sejak zaman kuno, manusia telah menggunakan berbagai macam bahan alami untuk merawat dan mempercantik kulit mereka. Salah satu bahan alami yang telah lama digunakan adalah mikroalga. Mikroalga adalah organisme mikroskopis yang hidup di air dan memiliki banyak manfaat bagi kecantikan kulit. Di Indonesia, sejarah kosmetik mikroalga dimulai sejak zaman Majapahit. Pada masa itu, para wanita kerajaan menggunakan ekstrak mikroalga sebagai masker wajah untuk menjaga kelembapan dan kecerahan kulit mereka. Penggunaan kosmetik mikroalga ini kemudian menyebar ke masyarakat umum, terutama di daerah pesisir yang kaya akan sumber daya alam laut. Pada abad ke-20, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengungkap potensi kosmetik mikroalga. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikroalga mengandung banyak nutrisi penting seperti vitamin, mineral, asam amino, dan antioksidan. Nutrisi-nutrisi ini dapat membantu memperbaiki tekstur kulit, mengurangi kerutan halus, dan melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar matahari.
Dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar menggunaan kosmetik maka Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor ekonominya melalui industri kosmetik. Negara ini kaya akan sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku produk kosmetik, salah satunya adalah mikroalga. Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang memiliki beragam manfaat dalam industri kosmetik, seperti kemampuannya dalam menghasilkan pigmen alami dan antioksidan. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan domestik mereka. Akan tetapi, sampai saat ini, mikroalga di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan beberapa hambatan meliputi perilaku kosumen, standardisasi dan regulasi material, modal produksi dan efektivitas. Mayoritas masyarakat Indonesia lebih menyukai kosmetik dengan harga yang sangat terjangkau tanpa memikirkan manfaat yang dibutuhkan untuk perawatan kulitnya. Hal ini ditunjukkan dari data penjualan kosmetik di Indonesia dari Kompas Dashboard yang merupakan platform analisis pasar e-commerce di Indonesia. Akibatnya, kosmetik dengan kandungan mikroalga kurang diminati karena harganya yang relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai manfaat dan keunggulan produk kosmetik berbahan dasar mikroalga. Berikut ini data penjualan kosmetik lokal terlaris yang ada di Indonesia.
Gambar 3 Data Penjualan Produk Kosmetik (Sumber : Kompas Dasbord)
Negara Indonesia mampu melakukan standardisasi mikroalga karena produsen harus mengikuti banyak prosedur. Standardisasi mikroalga dilakukan berdasarkan prinsip berikut. Kegiatan eksploitasi dan budidaya dilakukan dalam rangka mempertahankan struktur, produktivitas dan keanekaragaman fungsi ekosistem (termasuk habitat dan habitat di dalamnya serta ekosistem spesies) berdasarkan pekerjaan yang dilakukan. Operasi pemanenan dan pertanian mematuhi sistem manajemen yang efektif, mematuhi peraturan lokal, nasional dan internasional, memenuhi standar kelembagaan dan kerangka operasional dalam penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial. Kegiatan pertambangan dan peternakan dilakukan dengan cara yang meminimalkan dampak terhadap lingkungan, menghormati hak dan budaya, serta memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Selain prinsip tersebut, industri menghadapi kesulitan dalam standarisasi mikroalga sebagai berikut. Tingginya variabilitas genetik mikroalga menjadi kendala dalam standardisasi. Setiap strain mikroalga mempunyai karakteristik tersendiri sehingga sulit menentukan parameter standar yang dapat diterapkan secara umum. Lingkungan pertumbuhan yang berbeda juga mempengaruhi kualitas dan komposisi kimia mikroalga. Faktor suhu, cahaya, pH, dan nutrisi dapat mempengaruhi produksi senyawa aktif pada mikroalga. Oleh karena itu, sulit menghasilkan produk kosmetik dengan kualitas yang stabil. Proses ekstraksi zat aktif dari mikroalga juga rumit dan memerlukan teknologi yang kompleks. Beberapa senyawa bioaktif yang terdapat pada mikroalga memiliki struktur kimia yang kompleks dan mudah terdegradasi selama ekstraksi. Oleh karena itu, diperlukan metode ekstraksi yang efisien untuk mendapatkan senyawa aktif dengan efisiensi yang tinggi.
Selain itu juga, letak geografi pertumbuhan mikroalga di Indonesia cukup mendukung pengembangan industri kosmetik berbasis mikroalga karena Indonesia memiliki iklim tropis berada pada suhu 26℃ - 32℃. Keadaan suhu tersebut memungkinkan untuk mikroalga tumbuh dan berkembang di negara tersebut. Akan tetapi, suhu tiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Hal ini menyebabkan kandungan dan kualitas mikroalga berbeda-beda. Dengan demikian, Indonesia masih kesulitan untuk memanfaatkan mikroalga di daerah masing-masing. Mikroalga di Indonesia diolah oleh pabrik besar bernama PT Evergen Resources (PT. ER) yang berlokasi di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Dengan banyaknya hambatan dan sulitnya dalam melakukan standardisasi mikroalga sebagai bahan baku kosmetik, industri kosmetik di Indonesia malas dan enggan untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik.
Gambar 4 PT Evergen Resources
(Sumber : www.evergen.co.id)
PT Evergen merupakan perusahaan ternama di bidang bioteknologi yang telah mendapat pengakuan atas produksi astaxanthin sintetisnya menggunakan mikroalga. Astaxanthin adalah antioksidan kuat yang menawarkan banyak manfaat kesehatan, termasuk mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan kulit. Namun, meski sukses memproduksi astaxanthin, PT Evergen belum merambah ke produksi produk kosmetik berbahan mikroalga.
Mikroalga telah menunjukkan potensi besar dalam industri kecantikan karena kaya akan komposisi vitamin, mineral, dan antioksidan. Telah terbukti meningkatkan elastisitas kulit, mengurangi kerutan, dan memperbaiki warna kulit secara keseluruhan. Banyak perusahaan kosmetik terkemuka telah mulai memasukkan ekstrak mikroalga ke dalam produk mereka dengan hasil yang luar biasa. Mengejutkan bahwa PT Evergen belum memanfaatkan pasar ini. Adanya keahlian dalam budidaya mikroalga dan produksi astaxanthin dikarenakan memiliki pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan formulasi kosmetik inovatif menggunakan mikroalga sebagai bahan utama.
Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi mikroalga mentah karena memiliki sumber daya alam yang melimpah namun, prosedur yang rumit dan biaya tinggi untuk memproses mikroalga menjadi bahan kosmetik siap pakai membuat produsen lebih memilih untuk menjualnya sebagai bahan mentah ke luar negeri. Untuk proses ekstraksi mikroalga sebagai bahan baku kosmetik mencapai Rp. 628.356.000. Kemudian untuk harga jual mikroalga mentah di Indonesia masih rendah salah satunya Indonesia. Indonesia juga mengekspor mikroalga ke Tiongkok pada tahun 2020 dengan harga ± Rp. 35.000/kg. Impor yang dilakukan Indonesia ke Tiongkok mengalami kenaikan, di tahun 2021 Indonesia mengimpor sebanyak 17.5563,3 ton dan di tahun 2022 Indonesia mengimpor sebanyak 194.395,2 ton.
Dengan adanya banyak peraturan dan standarisasi yang harus dipatuhi dalam pemanfaatan mikroalga sebagai bahan kosmetik yang melibatkan proses penelitian dan pengembangan yang rumit serta biaya produksi yang tinggi menyebabkan negara maritim Indonesia dengan untuk memanfaatkan mikroalga di negaranya sendiri melainkan lebih memilih untuk mengimpor produk kosmetik berbahan mikroalga dari negara lain. Grafik 1. Data Ekspor dan Impor Kosmetik di Indonesia (Sumber : InfoBisnisTersajiTuntas.com) Hingga saat ini, belum ditemukan produk kosmetik Indonesia yang berbahan dasar mikroalga, padahal banyak yang berbahan dasar rumput laut. Padahal, kandungan mikroalga juga tidak kalah bagus dengan rumput laut. Mikroalga mengandung banyak nutrisi penting seperti asam amino, vitamin, mineral, dan antioksidan. Kandungan tersebut mampu menjaga kelembapan kulit, mencegah penuaan dini, serta meremajakan kulit. Selain itu, mikroalga juga memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba yang dapat membantu mengurangi peradangan pada kulit serta melawan bakteri penyebab jerawat. Selain itu, mikroalga memiliki banyak efektivitas di bidang kosmetik seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Akan tetapi, efektivitas mikroalga masih terbilang kecil dibandingkan dengan ekstrak vitamin B dan vitamin E. Sebagai contoh, ekstrak metanol Sargassum fusiforme berpotensi sebagai sumber antioksidan alamiah. Aktivitas antioksidannya (IC50) yaitu sebesar 69,27 ppm, nilai ini tergolong dalam kategori kuat karena kurang dari 100 ppm. Sangat disayangkan, mikroalga yang memiliki efektivitas tinggi belum dimanfaatkan secara optimal pada industri kosmetik di Indonesia. Sedangkan niacinamide memiliki kandungan antioksidan sebesar 169,11 ppm yang artinya efektivitasnya terbilang sedang. Dan jika dibandingkan dengan vitamin C yang memiliki antioksidan sebesar 6,285 ppm dan vitamin E memiliki antioksidan 2,416 ppm yang artinya efektivitasnya terbilang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas ekstrak vitamin C dan vitamin E dalam melawan radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan metanol Sargassum fusiforme dan niacinamide. Tetapi industri kosmetik belum bisa memaksimalkan penggunaan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik karena masih banyak sekali hambatannya. Dari hambatan-hambatan yang telah dijelaskan di atas menyebabkan negara maritim di Indonesia sulit untuk memanfaatkan mikroalga sebagai bahan baku kosmetik secara maksimal. Dengan memanfaatkan mikroalga secara optimal, negara maritim di Indonesia dapat mengurangi impor kosmetik yang mahal serta menciptakan lapangan kerja baru dalam industri pengolahan mikroalga. Selain itu, pengembangan industri ini juga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan karena penggunaan bahan baku alami yang ramah lingkungan. Sementara itu, pemerintah dapat memberikan dukungan finansial dan infrastruktur yang memadai untuk para peneliti dan ilmuwan agar mereka dapat melakukan riset lebih lanjut tentang manfaat mikroalga dalam industri kosmetik. Selain itu, perusahaan-perusahaan kosmetik juga perlu berinvestasi dalam penelitian ini agar mereka dapat mengembangkan produk-produk inovatif berbasis mikroalga. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat mikroalga dalam produk kecantikan. Kampanye edukasi melalui media sosial, seminar, atau workshop dapat dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi dan keunggulan menggunakan produk kosmetik berbahan dasar mikroalga. Dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan pemanfaatan mikroalga oleh industri kosmetik di Indonesia dapat meningkat. Hal ini akan memberikan manfaat baik bagi industri kosmetik itu sendiri maupun bagi masyarakat pengguna produk-produk kecantikan yang lebih alami dan aman.
SIMPULAN
Mikroalga memiliki manfaat dan kegunaan yang efektif dan bagus pada bidang industri kosmetik, namun pemanfaatanya di Indonesia masih rendah dikarenakan adanya beberapa hambatan seperti sulitnya dalam standardisasi bahan alam, ketatnya regulasi kosmetik berbahan alami, modal produksi, dan efektivitas mikroalga. Terdapat hambatan saat mencari informasi mengenai kosmetik berbahan baku mikroalga dari jurnal ilmiah, artikel online, e-commerce, dan sebagainya. Sumber-sumber yang didapat tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik di bidang kosmetik. Selain itu, terdapat hambatan pada standarisasi bahan, regulasi, modal produksi, efektivitas dari mikroalga, dan perilaku konsumen. Dengan demikian diharapkan pemanfaatan mikroalga di bidang kosmetik dapat meningkat dan dapat memberikan kontribusi positif bagi industri kosmetik di negara indonesia dan juga dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Azimatun Nur, ST., MT, D. M. M., Setyoningrum, T. M., Aziz Suwardi, H. N., Alfitamara, B., Kurniawan, A., Prananda, V. A., Afni, D. N., Alodia, S., & Pamularsih, R. (2021). Potensi Spirulina platensis sebagai sumber kosmetik dan bioplastik (review). Eksergi, 18(2), 82. https://doi.org/10.31315/e.v18i2.5660 Murdiono, A., & Winata, S. (2022). Pengolahan Mikroalga Berorientasi Masa Depan untuk Industri Kosmetik di Ancol. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 3(2), 2391. https://doi.org/10.24912/stupa.v3i2.12457 Salim, M. (2022). Mikroalga Dalam Riset Biologi. Kabupaten Bandung: Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Multiliterasi Septianingrum, Y., Safrina, U., Puspita, N., & Surahman, S. (2023). Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Period After Opening (PAO) dan Perilaku Penyimpanan Kosmetika Perawatan pada Remaja di Kota Tangerang. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 5(1), 6–13. https://doi.org/10.25026/jsk.v5i1.1478
Komentar
Posting Komentar